Selasa, 11 Maret 2014

Kekacauan Dalam Bersikap 1



Kekacauan Dalam Bersikap

Sikap asal-asalan, bekerja setengah-setengah, dan semrawut serta menja-lankan
pekerjaan secara prematur sering kita alami di dalam kehidupan. Padahal
selayaknya sebagai seorang muslim, kita memahami hakikat segala sesuatu,
menjadikan setiap waktu dan kehidupan kita memiliki tujuan dan target yang
jelas, dan segala aktivitas serta pekerjaan yang kita lakukan hendaknya
memiliki sasaran. Sehingga tidak ada waktu yang tersia-sia, tidak ada sisi
kehidupan yang percuma, tanpa diisi dengan sesuatu yang berguna. Inilah
ketinggian sikap seorang muslim yang sungguh-sung-guh di dalam hidupnya,
mengatur serta mengetahui tujuan dan sasarannya.

Maka hendaknya kita jauhi segala bentuk sikap asal-asalan, semrawut dan tidak
jelas di dalam mengerjakan sesuatu, sehingga aktivitas yang sebenarnya harus
dan wajib menjadi terabaikan. Segala urusan penting menjadi terlantar, tenaga
dan umur banyak yang tersia-sia. Maka akhirnya hidup menjadi goyah, merasa
lemah untuk merealisasikan tujuan hidupnya, diliputi kelesuan dan keputusasaan,
dan terus dirundung kerisauan. Lebih-lebih manakala melihat orang lain di
sekelilingnya yang telah melangkah jauh di dalam kehidupan, sementara dia masih
terus berjalan di tempat dan berputar-putar tanpa tujuan yang jelas.

FAUDLAWIYAH

Sikap asal-asalan, semrawut, kacau dan serba tak jelas di dalam istilah Arab
disebut dengan faudlawiyah, yakni bercampuraduknya urusan antara satu dengan
yang lain, dengan pandangan, bahwa semuanya adalah sama dan sederajat dari segi
penting dan manfa-atnya. Sehingga bercampur antara yang hak dan batil, yang
penting dengan yang tidak, sungguh-sungguh dengan senda gurau, yang memiliki
arti dengan kesia-siaan serta menyia-nyia-kan kehidupan dan tenaga serta hilang-
nya kesungguhan di dalam hidup.

Faudlawi (orang asal-asalan) yaitu orang yang tidak memiliki tujuan yang jelas
di dalam hidupnya, tidak ada pekerjaan yang diseriusi, melakukan pekerjaan
tanpa persiapan, menger-jakan suatu pekerjaan lalu ditinggalkan, terburu-buru
melakukan sesuatu, namun tidak diselesaikan, melangkah ke jalan ini, lalu
berubah lagi dan demikian seterusnya.

FENOMENA SIKAP FAUDLAWIYAH

Ada banyak fenomena sikap asal-asalan yang sering kita jumpai di dalam
kehidupan, bahkan hampir seluruh sisi kehidupan terkena penyakit ini. Di antara
contoh yang dapat dikemuka kan, sebagai berikut:


Semrawut dan Asal-Asalan dalam Mencari Ilmu
Yakni dengan membaca segala macam buku tanpa membedakan antara yang bermanfaat
dan berbahaya. Belajar atau membaca sesuatu yang tidak bermanfaat untuk urusan
dunia ataupun akhirat, atau membeli semua macam buku yang disenangi oleh
nafsunya. Termasuk juga belajar kepada sembarang orang yang bukan ahlinya,
berfatwa dengan tanpa ilmu, mencari-cari pendapat yang enak dan ringan dari
berbagai pendapat, mem-babi buta di dalam mempelajari ilmu, sehingga yang
seharusnya diakhirkan malah didahulukan dan sebaliknya yang seharusnya
didahulukan justru diakhirkan.


Asal-Asalan dalam Beribadah
Yaitu dengan mengakhirkan shalat, tidak melakukannya dengan berjamaah,
mengerjakan dengan ogah-ogahan dan malas, tidak khusyu' dan tenang ketika
mengerjakannya. Melakukan shalat sebagaimana burung gagak yang sedang mematuk
dan mengerjakannya hanya sekedar sebagai rutinitas belaka. Demikian juga enggan
melakukan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah untuk
meraih kecintaan Nya.


Asal-Asalan dalam Memanfaat kan Waktu
Bentuk penyia-nyiaan terhadap waktu diantaranya adalah membiarkan waktu yang
panjang lewat begitu saja tanpa mengisinya dengan aktivitas yang berguna,
mengerjakan pekerjaan ringan dengan memakan waktu yang lama serta menyita
perhatian. Juga mengerjakan berbagai pekerjaan dalam waktu bersamaan. Demikian
pula menghabiskan waktu untuk perkara yang mubah atau bahkan yang dibenci dan
terlarang. Tidak mengatur dan memanfaatkan waktu, sehingga berlalu begitu
saja.


Asal-Asalan dalam Bergaul
Yakni tidak selektif di dalam memilih teman, bersahabat dengan sembarang orang
yang baik dan yang buruk, yang shalih dan yang rusak. Bergaul seluas-luasnya
dengan semua orang, pokoknya banyak teman, sehingga terkadang waktu habis untuk
bergaul dengan mereka, kunjung- mengunjungi yang tiada henti. Acara ini dan itu
yang bemacam-macam.
Bentuk lain lagi, yaitu berlebihan di dalam berbicara dan bercakap-cakap dalam hal yang tidak bermanfaat. Ikut campur urusan orang lain, menelpon dang ngobrol
ke sana ke mari tanpa ada ujung pangkalnya.


PENDORONG SIKAP FAUDLAWIYAH

Di antara sebab yang mendorong seseorang bersikap asal-asalan yakni:


Meremehkan Keberadaan Waktu
Bagi seorang faudlawi, tidak ada sesuatu yang paling murah baginya selain
waktu, sehingga ia gunakan waktu itu untuk melakukan kesia-siaan, tidak ada
perhatian sama sekali terha-dapnya serta tidak pernah berpikir untuk
memanfaatkannya. Mereka tidak menyadari, bahwasanya mereka sedang membunuh diri
sendiri, karena keberadaanya seperti orang mati yang tidak mampu melakukan
sesuatu. Waktu ibarat pedang, kalau kita tidak mengendalikannya, maka dia akan
membabat kita.


Tidak Faham Aulawiyat (Prioritas)
Sebagian orang sibuk dengan perkara penunjang, mandub (bersifat anjuran), dan
perkara yang mubah (boleh), sehingga sebagian besar waktunya dicurahkan untuk
hal-hal tersebut. Karena tersibukkan oleh hal-hal itu, akhirnya menjadi lupa
dengan perkara yang bersifat dharuri (harus dan penting), yang wajib dan
fardhu. Orang seperti ini diibaratkan seperti orang yang serius di dalam
memikir-kan apa warna cat atau bentuk rumah yang bagus dan menarik, namun tidak
memperhatikan kekuatan pondasi dan tiang rumahnya. Maka akibatnya rumah
tersebut menjadi rapuh dan mudah roboh, sehingga asesoris dan hiasan yang terus-
menerus dia pikirkan itu tidak berguna lagi.

Ketidaktahuan seseorang terhadap prioritas akan menjadikan dia bingung di dalam
urusannya. Dihadapannya bertumpuk pekerjaan dan sasaran, sehingga satu dengan
yang lain saling bertentangan dan saling tarik, maka sulit baginya untuk
mengerjakan kese-luruhan pekerjaan secara bersamaan. Akhirnya dia berkerja
secara seram-pangan tanpa adanya prioritas, maka yang ini didahulukan dan yang
itu diakhirkan dengan tanpa adanya kepastian dan target.


Tidak Adanya Sasaran yang Jelas
Orang yang tidak mempunyai sasaran atau tujuan yang jelas, ibarat sedang
berjalan terus ke depan tanpa mengetahui ke mana arah tujuannya. Langkahnya
tidak terarah dan gerakan-nya tidak mempunyai tujuan yang pasti. Pokoknya dia
berjalan, namun tidak tahu mengapa dia berjalan serta bagaimana jalannya
tersebut.


Tidak Membuat Perencanaan dan 'Timing' Sebelum Bekerja
Ini merupakan sebab seseorang bekerja asal-asalan dan tidak teratur di dalam
hidupnya. Maka Perencanaan yang jelas membuat seseorang memiliki tujuan yang
jelas pula di dalam mengerjakan segala sesuatu, mengetahui sarana yang dapat
mengantarkan kepada tujuan, tahu bagaimana cara memanfaatkan sarana tersebut
dan medan-medan yang harus dia lalui di dalam bekerja. Tanpa adanya
perencanaan, seseorang akan melang-kah ke arah yang tidak jelas yang tidak tahu
ke mana ujungnya dan mau apa setelah itu.


Bekerja tidak Terarah dan Tersusun Secara Logis dan Rapi
Sebagian orang ada yang sudah bekerja dengan susah payah, mencu-rahkan waktu,
kesungguhan dan segenap kemampuan, namun terka-dang tidak membuahkan hasil sama
sekali, karena tidak tepat waktu dan sasaran. Sehingga terkadang harus
mengulang lagi dari awal, padahal andaikan sebelumnya mau menata dan
mengaturnya terlebih dahulu, dia tidak akan rugi tenaga dan waktu.


Berada di Lingkungan yang Asal-Asalan
Lingkungan termasuk salah satu sebab yang menjadikan sesorang bersikap
faudlawi, terutama keluarga yang tidak ada perhatian terhadap tata tertib dan
aturan, tidak menghargai waktu dan hal-hal penting lainnya. Maka hasilnya
jadilah dia orang yang terbiasa dengan perkara asal-asalan dan segala yang tak
teratur. Jika ada orang yang mencoba mengingatkan atau menasehati, maka secara
spontan dia menolak, karena sudah terbiasa bersikap semaunya dan sesukanya.
Tak kalah pentingnya adalah pergaulan, karena seseorang dapat terbentuk
wataknya melaui pergaulan sehari-hari.


Dosa dan Kemaksiatan
Ini merupakan sebab yang bersifat umum, yang mencakup segala bentuk maksiat.
Sebab ketika seorang hamba berpaling dari peringatan Allah serta sibuk dengan
kemaksiatan, maka secara otomatis dia telah menyia-nyiakan umurnya, dan
membuang kehidupannya secara batil.


AKIBAT SIKAP FAUDLAWIYAH

Sikap semaunya dan asal-asalan memberikan dampak yang cukup berbahaya di dalam
kehidupan, antara lain:


Tersia-Sianya Umur
Karena telah membiarkan waktu dan umurnya lewat begitu saja, tanpa diisi dengan
sesuatu yang berguna, atau mengisinya dengan perbuatan rendahan dan kurang
bermanfaat, sehingga tenaga terbuang percuma tanpa memberi faidah kepada diri
sendiri maupun orang lain.


Pikiran Berantakan dan Kegon-cangan Jiwa
Hal ini dikarenakan ketidak-mampuannya mengambil sikap yang benar ketika
menghadapai masalah. Dia merasa lemah dan putus asa sehingga membuat jiwanya
goyah, ditambah lagi tidak pernah member-sihkan hatinya dari berbagai
penyakit.


Kegagalan Kerja
Karena seorang yang asal-asalan dan semaunya seperti orang yang berhenti, atau
berjalan di tempat, atau berjalan sangat lambat. Akibatnya tidak mugkin dia
dapat menggapai tujuan dan kesuksesan. Sebab masuk akal jika pekerjaan yang
dilakukan dengan baik dan teratur itulah yang membuahkan hasil.


Hilangnya Sikap Bijak dalam Memanfaatkan Waktu
Orang yang bersikap asal-asalan dan semaunya tidak dapat membaca situasi dan
keadaan, tidak mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas, ketika ada suatu
masalah, maka berhenti bekerja tanpa mau melihat sebab-sebab, pengaruh, akibat
dan dampak dari masalah itu. Akhirnya dia meng-ambil keputusan yang kontra
produktif, tidak mengena dan sesuai dengan kasus yang sedang dihadapi, sehingga
tidak memberikan solusi yang benar.

Tidak ada komentar: